10. Satelit Palapa D (2009)
Satelit
Palapa D (kode internasional = 2009-046A) adalah satelit komunikasi
Indonesia yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Indosat Tbk dan
diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 16:28 WIB di Xichang
Satellite Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang
Zheng) 3B. Satelit ini dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan
dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner
slot 113º BT yang akan selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.
9. Indostar II / Cakrawarta II (2009)
Indostar
II atau Cakrawarta II adalah satelit yang diluncurkan oleh PT Media
Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit
Indovision. Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur
Proton Breeze milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome
di Kazahkstan. Peluncuran satelit Indostar II ini telah berlangsung
pada tanggal 16 Mei 2009.
8. Satelit LAPAN-TUBSAT (2007) Satelit Mikro Pertama di Indonesia.
LAPAN-TUBSAT
adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas Teknik
Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang
berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan
sensor bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak
dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan
digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti
kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan
komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
LAPAN-TUBSAT
membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan
lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit
630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200
meter dan lebar sapuan 81 kilometer.
Manuver
attitude ini dilakukan dengan menggunakan attitude control system
yang terdiri atas 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic
coil dan sebuah star sensor untuk navigasi satelit. Komponen-komponen
inilah yang membedakannya dengan satelit mikro lain yang hanya
mengandalkan sistem stabilisasi semi pasif gradien gravitasi dan
magneto torquer, sehingga sensornya hanya mengarah vertikal ke bawah.
Sebagai
satelit pengamatan, satelit ini dapat digunakan untuk melakukan
pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan
kecelakaan kapal maupun pesawat. Tapi pengamatan banjir akan sulit
dilakukan karena kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya
menyertai kejadian banjir.
7. Satelit INASAT-1 (2006) Satelit Pertama buatan Indonesia
INASAT-1
adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat dan didesain sendiri oleh
Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi
penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN.
Selain
itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan
komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg.
Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang
berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa fluks magnet
didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun housekeeping yang digunakan
untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Adapun
satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat
Teknologi Elektronika (Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan
antara LAPAN, Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset
Unggulan Kemandirian Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan
satelit Nano dengan nama Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari
segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate
tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana
perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang
menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan
ketinggian antara 600-800 km.
6. Satelit TELKOM-2 (2005)
Telkom-2
adalah satelit yang diluncurkan Telkom ke angkasa untuk menggantikan
satelit Palapa B4. Satelit ini dibawa ke angkasa dengan menggunakan
roket Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis pada tanggal 16 November
2005.
Telkom-2
memiliki umur operasi selama 15 tahun dan bernilai sekitar 170 juta
dolar AS. Sekitar 70 persen kapasitas transponder Telkom-2 akan
disewakan kepada pihak luar.
Dari
30 persen kapasitas yang akan digunakan sendiri oleh Telkom, satelit
buatan Orbital Sciences Corporation ini diharapkan akan mendukung
sistem komunikasi transmisi backbone yang meliputi layanan
telekomunikasi sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan langsung
internasional (SLI), internet, dan jaringan komunikasi untuk
kepentingan militer.
Satelit
ini akan beredar di orbit 118° BT dengan kapasitas 24 transponder
C-band dan berbobot 1.975 kg. Daya jangkaunya mencapai seluruh ASEAN,
India dan Guam.
5. Satelit Palapa C2 (1996)
Satelit
Palapa C2 adalah satelit komunikasi kedua dalam generasi Palapa C
yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo). Palapa C2 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan
diluncurkan pada tanggal 15 Mei 1996 di Kourou, Guyana Perancis (Ko
ELA-2), menggunakan roket Ariane-44L H10-3. Satelit ini beroperasi pada
Orbit Geo Stasioner slot 113º BT di ketinggian 36.000 km di atas
permukaan bumi. Operasional satelit ini berpindah tangan ke PT. Indosat
Tbk. akibat penggabungan Satelindo dengan Indosat. Demi memberi tempat
bagi Satelit Palapa D, rencananya orbit satelit ini dipindah ke
105,5° BT.
4. Sateli Palapa C1 (1996)
Satelit
Palapa C1 adalah satelit komunikasi pertama dalam generasi Palapa C
yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo). Palapa C1 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan
diluncurkan pada tanggal 31 Januari 1996 di Kennedy Space Center,
Tanjung Canaveral (LC-36B) AS, menggunakan roket Atlas 2AS. Satelit ini
dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa B4 pada Orbit Geo
Stasioner slot 113º BT dengan rentang operasi selama 7 tahun. Namun
setelah terjadi kegagalan pengisian battery pada tanggal 24 November
1998 akhirnya Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi dan
digantikan oleh Palapa C2.
3. Sateli Palapa B2P (1987)
Satelit
Palapa B2P adalah satelit yang mengitari orbit geosynchronous dan
bergerak dari barat ke timur dengan kecepatan yang sama dengan rotasi
Bumi. Satelit ini terletak pada ketinggian 36.000km diatas khatulistiwa
pada lokasi 113°BT dan dikendalikan oleh stasiun yang terletak di
Bumi tepatnya di daerah Cibinong. Satelit Palapa merupakan satelit
relay bagi stasiun bumi yang selanjutnya memancarkan kembali siaran ke
televisi dengan transponder Palapa yang bekerja pada jarak 6
gigahertz dengan kekuatan pancar 10 watt.
Satelit
Palapa B2P yang sesungguhnya dibuat untuk keperluan domestik serta
ditujukan untuk disewakan ke mancanegara ternyata mampu menjaring
bisnis yang sangat baik, dan karenanya Palapa B2P menjadi satelit
rebutan. Para penyelenggara penyiaran (CNN, ESPN) menggunakan Palapa
B2P, sehingga masyarakat yang berada dalam area cakupan Palapa B4 dapat
menerima program-progam mereka.
2. Sateli Palapa A2 (1977)
Palapa
A2 adalah satelit komunikasi milik Indonesia dan dioperasikan oleh
Perumtel. Palapa A2 diluncurkan pada tanggal 10 Maret 1977 dengan roket
Delta 2914 dan beroperasi di orbit 77 BT sejak tanggal 11 Maret 1977
hingga bulan Januari 1988, 4 tahun melewati masa operasional yang
direncanakan.
Program
satelit Palapa A dimulai saat Pemerintah Indonesia memberikan 2
kontrak terpisah pada Boeing Satellite Systems (dahulu dikenal dengan
Hughes Space and Communication Inc.) dari Amerika Serikat untuk
menyediakan 2 satelit (Palapa A1 dan A2), sebuah stasiun kontrol utama
untuk kedua satelit tersebut dan 9 stasiun bumi. Pembangunan 10
stasiun tersebut diselesaikan dalam waktu 17 bulan, salah satu yang
tercepat bagi Boeing. Pada kontrak terpisah, dibangun total 30 stasiun
bumi lainnya untuk dioperasikan oleh Perumtel. Nama Palapa sendiri
dipilih oleh Presiden Suharto pada bulan Juli 1975. Satelit Palapa A2
dimaksudkan sebagai cadangan dan siap untuk dioperasikan apabila
Palapa A1 mengalami kegagalan, atau jika permintaan pasar tidak dapat
lagi diakomodasi oleh Palapa A1.
1. Satelit Palapa A1 (1976) Satelit pertama di Indonesia
Palapa
ialah nama bagi sejumlah satelit telekomunikasi geostasioner
Indonesia. Nama ini diambil dari “Sumpah Palapa”, yang pernah dicetuskan
oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun 1334.
Satelit
pertama diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1976 oleh roket Amerika
Serikat dan dilepas di atas Samudera Hindia pada 83° BT. Satelit
pertama dari 2 satelit itu bertipe HS-333 dan bermassa 574 kg.
Kemudian
4 satelit dari seri kedua dibuat, yang kesemuanya dari tipe Hughes
HS-376. Ketika peluncuran Palapa B2 gagal, satelit ke-3 diatur. Awalnya
bernama Palapa B3 dan dijadwalkan untuk STS-61-H, akhirnya
diluncurkan sebagai Palapa B2P. Sementara itu Palapa B2 diperbaiki
kembali oleh STS-51-A, diperbaharui dan diluncurkan lagi sebagai Palapa
B2R.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar